Cari Blog Ini

Selasa, 22 Februari 2011

(Analisis pelaksanaan pajak ditinjau dari asas keadilan dan asas yusridis pada kota pamaekasan-Madura)

Mohamad Anis/109200030/Akuntansi C
(Analisis pelaksanaan pajak ditinjau dari asas keadilan dan asas yusridis pada kota pamaekasan)

Pembangunan nasional merupakan kegiatan terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Maka untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut diperlukan banyak biaya. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia menetapkan pemungutan pajak untuk menjaga keberlangsungan aktivitas pembangunan.
Di Indonesia pajak merupakan tulang punggung pendapatan negara. Oleh karena itu, agar dalam pemungutan pajak tidak memberatkan masyarakat maka pemerintah Indonesia membuat aturan-aturan terkait pemungutannya. Dengan adanya peraturan tersebut diharapkan pemungutan pajak sesuai proporsional sehingga tidak ada yang dirugikan.
Oleh karena itulah, pemerintah Indonesia berusaha menjaga asas keadilan dalam pemungutan pajak, yaitu dengan memperbaiki undang-undang perpajakan apabila ditemukan kelemahan-kelemahan di dalamnya. Namun, perbaikan demi perbaikan yang telah dilakukan pemerintah Indonesia tidak membuahkan hasil, bahkan nampak ketidakadilannya. Sehingga dari sinilah dibutuhkan sebuah aturan alternatif yang dapat mewujudkan keadilan pada masyarakat.
Pada Direkrorat jenderal pajak kanwil Madura khususnya di kabupaten pamekasan pemungutan pajak bisa dikatan berjalan dengan lancar, namun ada ketimpangan dalam perpajajakan itu sendiri yaitu kurangnya keadilan antara masyarakat sekitar (unjust), harusnya tidak ada diskiriminasi masyarakat.
Maksudnya adalah banyak warga yang diberlakukan tidak sesuai dengan peraturan undang-undang perpajakan (KUP) itu sendiri, seperti pajak kendaraan mermotor, pembayarannya disesuaikan dengan ekonomi wajib pajak dan tidak di berlakukannya pembayaran bunga atas keterlambatan pembayaran pajak serta pelanggar yang lain dan sejenis, yang mana didalam KUP (ketentuan umum perpajakan) tidak mengatur hal yang demikian.
Pada dasarnya pajak daerah seperti pajak kendaraan bermotor didalam pengelompokan pajak bersifat objektif, yaitu pemungut pajak (dirjen pajak) menitik beratkan pada objeknya, sebagai contoh kendaraan bermotor, pemerintah dalam pemungutan pajak harus sesuai dengan perundang undangan perpajakan yang telah ada.
Namun untuk sejauh ini pelaksanaan pemungutan pajak di kota pamekasa (Madura) bisa dikatakan adil, karena dirjen pajak di kota pamekasan telah melakukan segala aktivitas mengenai perpajakan yang berdasarkan UU perpajakan atau KUP (ketentuan umum perpajakan), walaupun ada oknum-oknum tertentu yang dalam menjalankan tugasnya kurang berpedoman pada UU perjakan atau KUP (ketentuan umum perpajakan).
Dasar menyatakan keadilannya (justifikasi) pada kanwil pajak pamekasan, dikarenakan sesuai apa yang telah diharapkan yang didadasarkan atas beberapa teori, adapun teori yang menjadi parameter keberhasilan suatu kanwil pajak/KPP sebagai berikut :
a) Teori assuransi
b) Teori kepentingan
c) Teori bakti
d) Teori gaya pikul
e) Teori asas daya beli
Sebagaimana yang telah dipaparkan kelima teori tersebut telah ada pada kubu perpajakan khususnya KPP pamekasan yang mana dalam menjalankan tugasnya (governance task) telah memenuhi persyaratan yang telah berlaku yaitu yang sesuai dengan ketentuan Direktorat jendral pajak.
Adapun analisa dalam teori-teori tersebut pada kanwil pajak Madura adalah:
Teori asuransi pada kanwil pajak pamekasan (Madura) bisa dibilang tidak ada korelasi, pajak yang dibayar oleh masyarakat atau pajak yang dipungut oleh pemerintah kepada rakyatnya yang sifat memaksa tidak sesuai dengan teori asuransi dari asas falsafah hukum (justification). karena walaupun rakya istilahnya membayar sebuah premi kepada dirjen pajak namun jika rakyat mengklaim atas premi tersebut kepada pemerintah (dirjen pajak) tidak dapat memenuhi klaiman tersebut. Beda dengan sebuah perusahaan asuransi seperti Priodical, Aon-s, Bumi putra dan lain-lain, nasabah membayarkan peremi kepada perusahaan asuransi tersebut dengan persyaratan dan ketentuan yang telah disepakati bersama, nantinya pada suatu saat nasabah mengklaim sesuatu atas dasar ketentuan yang disepakati, maka perusahaan asuransi tersebut akan memberikan jaminan tersebut. Kalau di perpajakan tidak demikian rakyat membayar pajak namun jika ada sesuatu dpada masyarakat tersebut dirjend pajak (pemerintah) tidak dapat memenuhi sebagai pana perusahaan asuran seperti Aon-s, periodical dan lain-lain.
Teori kepentingan pada kanwil pajak pamekasan telah terlaksana, karena pemerintah khususnya Dirjend pajak melindungi rakyatnya (socity), semakin besar wajib pajak (WP) mempunyai kepentingan diwilayah tertentu terhadap negaranya maka semakin tinggi pajak yang akan di bayar oleh wajib pajak (WP) tersebut untuk Negara.
Teori Daya pikul pada kanwil pajak Madura pamekasan teori tersebut telah dilaksanakan, artinya pada kanwil pajak Madura beban pajak disesuaikan dengan daya pikul masing-masing orang (pendapatan dan komsumsi serta kebutuhan hidup lainnya pangan, sandang, dan papan), jadi kemungkinan besar pajak setiap orang berbeda, bahkan ada yang bebas pajak jika WP (wjib pajak) tidak melebih PTKP (penghasilan tidak kena pajak) penjelasan diatas dilihat dari unsure subjektif. Jika dilihat dari unsur objektif tentunya dirjen pajak melihat dari sisi materii yaitu besar kecilnya pajak di ukur dari objeknya seperti pajak PBB, BPHTB dan lain-lain.
Teori bakti pada kanwil pajak Madura terlaksana dengan baik namu ada sebagian kecil masyarakat yang kurang sadar akan pajak. Ada indikasi warga Negara yang tidak taat membayar pajak dikarenakan warga tersebut kurang ngerti akan manfaat pajak tersebut. Dan untuk warga Negara yang taat membayar pajak dapat dikatakan sebagai warga Negara yang berbakti.
Teori asas daya beli dapat diibaratkan kalau kanwil pajak pamekasan sebagai produsen dan warga Negara sebagai konsumen. Warga Negara membayar pajak dengan pemerintah dengan agar pemerintah dapat memenuhi kebutuhan rakyat hidup orang banyak (rumah tangga Negara).
Gambara kecil mengenai analisi kantor pajak yang ada dirumah saya yang di lihat dari asas perpajakan yaitu :
a) asas falsafah hokum (justification)
b) asas yuridis (pemungutan berdasarkan undang-undang (KUP) pada pasal 23 ayat 2).

The Evolution of AIS and The Role of Accountant Accounting Information System

disusun oleh :
 Aprisal Herman AS
 Erik Pebrin Naibaho
 Firda Amelia
 Hadi Haryanto
 Mohamad Anis
 Rahmat Pratomy Putra

KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan.
Kami juga ucapkan terima kasih atas dorongan dan petunjuk dari Dosen Sistem Informasi Akuntansi kami.
Laporan makalah ini Kami susun guna memenuhi persyaratan tugas Sistem Informasi Akuntansi.
Walaupun makalah ini Kami susun dengan ketelitian, kecermatan dan ketekunan, mungkin masih ada kekuranganya. Oleh karena itu, Kami mohon maaf karena sebagai manusia Kami tidak luput dari kesalahan. Untuk itu sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca laporan karya ilmiah ini demi perbaikan pekerjaan Kami sehingga lebih sempurna.
Semoga makalah yang Kami susun ini bisa bermanfaat bagi kita semua, Amin.



Bandung, February 2011



Tim Penyusun






LATAR BELAKANG

Sistem Informasi Akuntansi (SIA) adalah suatu komponen organisasi yang mengumpulkan, mengklasifikasikan, mengolah, menganalisa dan mengkomunikasikan informasi finansial dan pengambilan keputusan yang relevan bagi pihak luar perusahaan dan pihak ekstern. Akuntansi sendiri sebenarnya adalah sebuah Sistem Informasi.

Karakteristik SIA yang membedakannya dengan subsistem CBIS lainnya :
• SIA melakasanakan tugas yang diperlukan
• Berpegang pada prosedur yang relatif standar
• Menangani data rinci
• Berfokus historis
• Menyediakan informasi pemecahan minimal

Fungsi penting yang dibentuk Sistem Informasi Akuntansi pada sebuah organisasi antara lain :
• Mengumpulkan dan menyimpan data tentang aktivitas dan transaksi.
• Memproses data menjadi into informasi yang dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan.
• Melakukan kontrol secara tepat terhadap aset organisasi.

Setelah kita mengetahui mengenai SIA (Sistem Informasi Akuntansi) ada baiknya memahami Evolusi SIA. Dalam SIA akuntan juga sangat berperan, maka dari itu dalam makalah ini kami akan membahas Evolusi SIA dan juga peran Akuntan dalam SIA.








EVOLUSI MODEL SISTEM INFORMASI

Sistem informasi adalah serangkaian prosedur formal di mana data dikumpulkan, diproses menjadi informasi dan didistribusikan ke para pengguna. Sistem Informasi Akuntansi (SIA) adalah sebuah sistem informasi yang menangani segala sesuatu yang berkenaan dengan informasi akuntansi. Selama lima puluh tahun terakhir, sistem informasi akuntansi telah diwakili oleh sejumlah pendekatan atau model yang berbeda. Tiap model baru berubah karena adanya kelemahan dan keterbatasan dari model sebelumnya. Fitur yang menarik dalam evolusi ini adalah model-model yang lebih lama tidak dengan segera digantikan oleh teknik yang lebih baru.
Adapun Model-model Evolusi Sistem Informasi:

1. Model proses manual
Model proses manual adalah bentuk sistem akuntansi yang paling tua dan paling tradisional. Sistem manual terdiri dari berbagai kegiatan, sumber daya dan personal fisik yang merupakan ciri banyak proses bisnis. Ini meliputi berbagai pekerjaan seperti pencatatan pesanan, pengadaan bahan baku, produksi barang untuk dijual, pengiriman barang ke pelanggan, serta penempatan pesanan ke pemasok. Sering kali, pencatatan secara manual digunakan untuk menagajarkan prinsip akuntansi ke para mahasiswa jurusan bisnis. Akan tetapi, pendekatan ini hanya alat bantu pelatihan. Akhir-akhir ini, pencatatan manual jarang dipraktikan.
Kelebihan dari proses manual ini adalah :
1) Membantu membangun hubungan penting antara sistem informasi akuntansi dan bidang akuntansi lainnya
2) Logika proses bisnis dapat lebih mudah dimengerti ketika tidak diselubungi oleh teknologi, dan
3) Memfasilitasi pemahaman kegiatan kontrol internal, termasuk pemisahan fungsi-fungsi,pengawasan, verifikasi independen, jejek audit dan kontrol akses.
Sedangkan kelemahannya adalah prosesnya lambat dan membutuhkan dokumen-dokumen yang cukup banyak untuk menyimpan data sehingga tidak efisiensi.

2. Model sistem file datar
Pendekatan flat file sering sekali berkaitan dengan sistem yang disebut sebagai sistem warisan (legacy sistem) yaitu sistem kerangka utama dalam sistem mainframe besar yang diterapkan pada akhir tahun 1950 sampai 1980-an. Model file datar (file flat model) menjelaskan sebuah lingkungan dengan file data yang tidak saling berhubungan dengan file lainnya. Para pengguna akhir dalam lingkungan ini memiliki sendiri file datanya sebagai ganti berbagi dengan para pengguna lainnya. Jadi, pemprosesan data dilakukan oleh aplikasi yang berdiri sendiri dan bukan melalui sistem terintegrasi.
Kelebihannya adalah file-file distrukturisasi, diformat dan diatur sebagai sebuah kebutuhan spesifik dari pemilik atau pemakai data utama. Namun demikian, strukturisasi seperti itu dapat mengesampingkan atribut data yang berguna bagi pemakai lain, sehingga menghambat keberhasilan integrasi data dalam organisasi.

Redundansi data yang ditunjukan dalam contoh ini berkontribusi pada tiga masalah yang signifikan dalam lingkungan file datar:
• Penyimpanan Data
Sistem Informasi yang efisien hanya menangkap data sekali untuk semua pengguna. Dalam lingkungan file datar, hal ini tidak mungkin. Untuk memperbanyaknya, perusahaan harus mengeluarkan biaya banyak.
• Pembaruan Data
Data yang banyak dalam berbagai file perlu pembaruan. Karena pengguna menggunakan dalam file sendiri-sendiri, hal ini menambah pekerjaan dan biaya untuk manajemen data.
• Kekinian informasi
Jika informasi terbaru tidak disebarluaskan secara tepat, mengakibatkan adanya keputusan yang didasarkan pada informasi yang kadaluwarsa.
• Depedensi Pekerjaan-Data
Masalah lainnya ialah ketidakmampuan penggunanya untuk mendapatkan tambahan informasi ketika kebutuhan pengguna tersebut berubah.
• File Flat membatasi Integrasi Data
Berbagai file akan distruktur, diformat, dan diatur agar sesuai dengan kebutuhan khusus pemilik. Akan tetapi, strukturisasi semacam ini dapat tidak memasukan atribut data yang berguna bagi pengguna lainnya, sehingga menghambat keberhasilan integrasi data.

3. Model sistem basis data
Model basis data menggambarkan pemusatkan data perusahaan ke dalam satu basis data bersama yang dibagi bersama dengan semua pengguna. Akses ke sumber daya data dikendalikan melalui system manajemen basis data (database management system-DBMS). DBMS adalah peranti lunak system khusus yang di program untuk mengetahui elemen data mana yang penggunanya memiliki hak untuk mengaksesnya. Program dari pengguna akan mengirim permintaan data ke DBMS, yang akan menvalidasi serta mengotorisasi akses ke basis data berdasarkan tingkat otoritas pengguna. Jika pengguna meminta data yang tidak sesuai dengan hak aksesnya, permintaan itu akan ditolak.
Perbedaan yang paling utama antara model basis data dengan model file datar adalah pengumpulan data ke dalam sebuah basis data bersama yang digunakan oleh semua pengguna di perusahaan. Masalah yang mungkin dapat diatasi:
• Eliminasi redundansi data
Tiap elemen data hanya disimpan sekali, hingga meniadakan redundansi data serta mengurangi biaya pengumpulan dan penyimpanan.
• Pembaruan Tunggal
Karena dalam satu tempat, sehingga mengurangi waktu dan biaya dan basis data tetap baru.


• Nilai Terkini
Satu perubahan pada suatu atribut basis data secara otomatis disediakan bagi semua pengguna atribut tersebut.
File datar dan system basis data awal disebut sebagai system tradisional yang berarti aplikasi system informasi perusahaan berfungsi secara independen dari satu sama lain, bukan terintregasi menjadi satu kesatuan.

4. Model sistem REA
REA adalah kerangka kerja akuntansi untuk pemodelan resources (sumber daya), events (kegiatan), dan agents (pelaku) perusahaan yang sangat penting, dan berhubungan. Dari tempat penyimpanan ini, tampilan pengguna dapat dibentuk untuk memenuhi kebutuhan semua pengguna dalam perusahaan. Ketersediaan beberapa tampilan memungkinkan penggunaan data transaksi secara fleksibel dan memungkinkan pengembangan system informasi akuntansi yang mendorong, dan bukan menghambat, integrasi. Data bisnis tidak harus diformat atau secara artifisial dibatasi dan harus mencerminkan semua aspek yang relevan dengan peristiwa-peristiwa ekonomi yang mendasarinya.
Elemen-elamen REA dirangkum sebagai berikut :
1) Sumber daya ekonomi adalah aktiva dari organisasi.
2) Kegiatan ekonomi merupakan fenomena yang mempengaruhi perubahan sumber daya.
3) Pelaku ekonomi adalah para individu dan departemen-departemen yang berpartisipasi dalam peristiwa ekonomi.
Dalam system akuntansi REA, system akan menangkap transaksi ini dalam rangkaian table data relasional yang menekankan pada kegiatan bukan akun. REA merupakan model konseptual, bukan system fisik. Akan tetapi, banyak dari prinsipnya dapat ditemukan dalam system basis data lain yang lebih canggih.





5. Model sistem ERP
ERP adalah model system informasi yang memungkinkan perusahaan mengotomatiskan dan mengintegrasikan berbagai proses bisnis utamanya. ERP merupakan bagian dari infrastruktur perusahaan, dan sangat penting untuk kelangsungan hidup perusahaan dan mengintegrasikan berbagai proses bisnis utamanya selain itu berbagai hambatan fungsional tradisional dapat diatasi karena system ini menfasilitasi adanya data bersama di antara semua pengguna di perusahaan. Enterprise Resources Planning memecahkan dua hambatan fungsional tradisional yaitu dengan memfasilitasi pemakaian data bersama, arus informasi dan dengan memperkenalkan praktik-praktik yang umum diantara semua pemakai organisasi. Oleh karena kompleksitas dan ukurannya, hanya sedikit organisasi yang ingin ataupun mampu untuk berkomitmen pada sumber daya keuangan dan fisik yang diperlukan dan pada resiko dalam mengembangkan sistem in house.
Sebagian modul-modul ERP yang sudah dikenal umum adalah manajemen aktiva, akuntansi keuangan, solusi industri spesifik, pemeliharaan pabrik, perencanaan produksi, manajemen kualitas, penjualan dan distibusi, dan manajemen persediaan. Salah satu masalah dengan masalah dengan mosul-modul yang terstandarisasi adalah bahwa mereka mungkin tidak selalu memenuhi kebutuhan organisasi secara tepat.
Perusahaan yang berharap dapat mengimplementasikan ERP dengan baik harus memodifikasi proses bisnisnya agar sesuai dengan ERP. Paket peranti lunak ERP sangatlah mahal, tetapi penghematan dari segi efisiensi akan sangat segnifikan.

It’s from slide presentation (looking under ceki dot)….!
Model ERP ialah :
model yang memungkinkan perusahaan mengotomatiskan dan mengintegrasikan
berbagai proses bisnis utamanya
Enterprise Resources Planning memecahkan dua hambatan fungsional tradisional yaitu dengan memfasilitasi pemakaian data bersama, arus informasi dan dengan memperkenalkan praktik-praktik yang umum diantara semua pemakai organisasi.
Model ERP (entrepreis resource planning) :
Modul-modul ERP yang sudah dikenal umum adalah :
• manajemen aktiva,
• akuntansi keuangan,
• solusi industri spesifik,
• pemeliharaan pabrik,
• perencanaan produksi,
• manajemen kualitas,
• penjualan dan distibusi,
• manajemen persediaan

Salah satu masalah dengan masalah dengan modul-modul yang terstandarisasi adalah mereka mungkin tidak selalu memenuhi kebutuhan organisasi secara tepat
Paket peranti lunak ERP sangatlah mahal, tetapi efisiensi akan sangat segnifikan.






PERAN AKUNTAN DALAM SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

Sebagaimana yang telah kita ketahui pada penjelasan diatas, Bahwa sistem informasi akuntansi itu sangat berperan sekali dalam pembuatan informasi agar keputusan yang diambil oleh manajer dapat dipertanggungjawabkan dengan semestinya.
Sebagai user atau pemakai sistem, akuntan harus bisa memastikan bahwa sistem baru berisi ciri-ciri (features) yang dibutuhkan dalam menjalankan pekerjaan/tugas/fungsinya dalam organisasi. Dengan kata lain, para akuntan harus memberikan gambaran yang jelas tentang kebutuhan mereka kepada para profesional/spesialis sistem yang merancang sistem mereka. Karena itu, akuntan sebagai pemakai sistem harus mengetahui bagaimana sistem dikembangkan, teknik-teknik yang digunakan dalam pengembangan sistem, dan teknologi yang akan digunakan dalam sistem yang baru.

Salah satu faktor keberhasilan/kesuksesan dalam perancangan suatu sistem informasi adalah dengan melibatkan pemakai sistem tersebut. Akuntan sebagai pemakai sistem informasi akuntansi harus dilibatkan dalam perancangan sistem karena akuntan mempunyai pengetahuan mengenai prinsip-prinsip akuntansi, prinsip-prinsip pengauditan, teknik-teknik sistem informasi, dan metode pengembangan sistem. Perancangan sistem merupakan upaya kolaborasi antara akuntan dengan profesional/spesialis sistem. Akuntan bertanggung jawab untuk sistem konseptualnya sedangkan profesional/spesialis sistem bertanggung jawab untuk sistem fisiknya. Sebagai contoh: manajer departemen kredit akan membutuhkan informasi mengenai kredit para pelanggan untuk mendukung keputusan yang akan dibuatnya. Akuntan menentukan hakikat informasi yang diperlukan, sumber-sumbernya, tujuannya, dan peraturan akuntansi yang perlu diterapkan. Profesional/spesialis sistem menentukan teknologi yang paling ekonomis dan efektif untuk mendapatkan, memproses dan menghasilkan informasi tersebut.




Ada pun peran akuntan dalam sistem informasi akuntansi adalah sebagai berikut :

a. Akuntan sebagai pengguna
Dalam kebanyakan organisasi, fungsi akuntansi merupakan pemakai tunggal yang paling besar dari jasa komputer. Sebagai pemakai ahir, peran akuntan harus memberikan gambaran yang jelas mengenai kebutuhan mereka kepada para profesional yang mendesai sistem mereka, agar antara designer dan user dapat mengimplementasikan apa yang seharusnya menjadi program dan untuk mencapai tujuan.

b. Akuntan sebagai desainer sistem
Apresiasi terhadap tanggung jawab akuntan untuk suatu desain sistem memerlukan persepektif historis yang mendahului komputer sebagai alat informasi bisnis, secara tradisional, para akuntan bertanggung jawab untuk aspek-aspek kunci dari sistem informasi. Pada masa sekarang, tanggung jawab desain sistem dibagi antara akuntan dan profesional komputer sebagai berikut : fungsi akuntansi bertanggung jawab untuk sistem konsptual dan fungsi komputer bertanggung jawab untuk sistem fisiknya aja.dengan adanya framework yang dirancang sekaligus di desain oleh para ahli yaitu bagian akuntan maka akan memberikan informasi yang lebih tersetruktur mengenai mekanisme kerja perusahaan yang sedang di jalankan.

c. Akuntan sebagai auditor sistem
Auditing adalah salah satu bentuk pengujian independent yang dilakukan oleh seorang ahli auditor yang menujukkan pendapatannya tentang kejujuran (Fairness) sebuah laporan keuangan. Keyakinan publik pada realibilitas pada laporan keuangan yang hasilkan secara internal terletak pada validasi yang dilakukan oleh seorang auditor ahli dan independent. Jasa ini sering disebut dengan pembuktian (attest function). Oleh karena itu dengan adanya akuntan sebagai auditor sistem akan memberikan validation information kepada pihak-pihak yang akan membutuhkan.

Auditing exsternal
Secara historis, tanggung jawab akuntan eksternal sebagai seorang auditor sistem terbatas pada fungsi pembuktian yang disebut sebelumnya. Asssurance service adalah jasa profesional termasuk fungsi pembuktian yang didesain untuk menigkatkan kualitas informasi, baik keuangan maupun non keuangan, yang digunakan oleh para pengambil keputusan.
Auditing IT biasanya dilakukan sebagai bagian dari audit keuangan. Auditor TI membuktikan integritas element-element dalam sistem informasi organisasi yang semakin kompleks dengan adanya tekhnologi komputer.

Auditing Internal
Auditing internal merupakan fungsi penilaian dalam organisasi. Auditor internal melakukan serangkaian kegiatan atas nama organisasi, termasuk diantaranya melakukan audit keuangan, mengkaji kesesuaian kegiatan operasi dengan kebijakan organisasi, mempelajari kesesuaian organisasi dengan kewajiban umum, mengevaluasi efisiensi oprasional, mendeteksi dan mengejar kecurangan dalam perusahaan, dan melakukan audit TI.















DAFTAR PUSTAKA

Hall, James A. Accounting Information Systems, 3rd, 2001, South Western Publishing, USA.
Romney, Marshal B., Paul John Steinbart. Accounting Information Systems, 9th edition, New Jersey. Pearson_Prentice Hall.